Tradisi thoriqoh Qodriyah wa Naqsyabandiyah an Nadliyah di Pacitan merupakan sebuah kegiatan spiritual yang diadakan setahun sekali, yang sebelumnya dilaksanakan pada pertengahan Syawal namun kemudian dipindahkan ke pertengahan Muharam. Kegiatan ini diadakan di tiga lokasi berbeda di Pacitan, yaitu di desa Jambu Glagahombo, Jurang Glagahombo di kecamatan Kasihan, dan Ngumbul di daerah Tulakan.
Di desa Jambu Glagahombo, kegiatan ini diprakarsai oleh Mbah Kusnan dan diikuti oleh 200-300 jamaah yang kebanyakan berusia lanjut. Kegiatan dimulai setelah sholat Maghrib dan berlangsung hingga shubuh, dilakukan selama 7 kali berturut-turut. Suhu dingin yang luar biasa di daerah pegunungan ini membuat para peserta harus memakai pakaian rangkap atau jaket. Air wudhu yang dingin seperti air es menambah tantangan tersendiri bagi para jamaah.
Di Jurang Glagahombo, kegiatan ini diprakarsai oleh Pak Reki alumni PPMA Bagbogo dan diikuti oleh 100-200 jamaah. Lokasinya juga memiliki medan yang menantang. Kyai Ali Barqul Abid, yang sering dikunjungi oleh anak-anak TK dan SD, diminta memberikan taujiah dan doa di sekolah. Anak-anak ini sangat antusias menyambut kedatangan Kyai Ali dan sering menangis saat harus berpisah, karena baru akan bertemu lagi setahun kemudian.
Sementara itu, di Ngumbul Tulakan, kegiatan ini dipimpin oleh Imam Bajuri. Lokasi ini berada dekat pesisir pantai dan dilalui oleh JLS (Jalur Lintas Selatan) Pacitan-Trenggalek. Kegiatan baiatan di sini juga dilakukan 7 kali dalam semalam, sama seperti di dua lokasi lainnya.
Medan yang curam dan jalan yang sempit membuat akses ke lokasi-lokasi ini cukup menantang. Biasanya Kyai Ali dijemput daerah Tegalombo dan ganti menggunakan sopir lokal yang sudah berpengalaman dengan medan tersebut.
Dulu, pada tahun 70-an, Kyai Imam Muhadi bahkan pernah naik sepeda onthel dari Nganjuk ke lokasi ini, menunjukkan dedikasi dan keteguhan hati beliau dalam menjalankan tugas spiritualnya.
Kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang spiritual bagi para jamaah, tetapi juga menjadi momen penting bagi anak-anak yang diharapkan menjadi generasi penerus perjuangan spiritual Mbah Yai Imam Muhadi. Kyai Ali Barqul Abid sering menekankan pentingnya peran anak-anak ini dalam melanjutkan tradisi dan nilai-nilai yang telah diajarkan oleh pendahulu mereka.
Posting Komentar untuk "Thoriqoh Qodriyah wa Naqsyabandiyah an Nadliyah: Tradisi Spiritual di Tengah Medan Menantang Pacitan"