Mbah Muntohar, Waduk Takeran Magetan

Kyai Muntohar lahir dan dibesarkan di daerah Magetan, Jawa Timur. Sejak muda, beliau telah menunjukkan minat yang besar terhadap agama dan pendidikan. Setelah lulus dari PGA (Pendidikan Guru Agama), Kyai Muntohar seharusnya bekerja sebagai guru agama di sekolah. Namun, beliau lebih memilih untuk mondok di daerah Kediri, untuk memperdalam pengetahuan agamanya.

Namun hanya dalam waktu seminggu, Kyai Muntohar merasa gelisah dan memutuskan untuk berjalan-jalan ke arah utara. Hingga sampai bertemu dengan Pondok Mamba'ul Adhim yang dimiliki oleh Kyai Imam Muhadi, seorang ulama yang terkenal di daerah tersebut. Muntohar sangat tertarik dengan pondok tersebut dan memutuskan  pamit di pondoknya Kediri, dan akhirnya mondok di Bagbogo .

Muntohar menjadi murid Kyai Imam Muhadi dan sangat dekat dengan beliau. Sering diajak oleh Kyai Imam Muhadi untuk menghadiri undangan pengajian. Muntohar dikenalkan dunia luar, sangat mengagumi pengetahuan, kebijakansanaan Kyai Imam Muhadi saat melayani masyarakat umum.

Pada tahun 1970-an, Muntohar diajari oleh Kyai Imam Muhadi untuk mengendarai motor. Saat itu, motor masih sangat langka dan hanya dimiliki oleh beberapa orang. Kyai Imam Muhadi mempercayakan Muntohar untuk mengantar beliau kemana saja, serta mengantar anak-anak Kyai Imam Muhadi. Muntohar sangat senang dan berusaha untuk melakukan yang terbaik dalam mengemban tugas tersebut.

Suatu ketika, Kyai Imam Muhadi berhalangan hadir dalam sebuah pengajian, dan Kyai Muntohar diminta untuk menggantikan beliau. Kyai Muntohar sangat gugup, namun beliau berusaha untuk melakukan yang terbaik. Setelah pengajian selesai, penyelenggara memberikan amplop kepada Kyai Muntohar. Namun, beliau menolak untuk menerima amplop tersebut dan meminta Kyai Imam Muhadi untuk menerima amplop itu.

Kyai Imam Muhadi kemudian menolak dan memberikan amplop itu kembali kepada Kyai Muntohar, dengan berkata, "Ini hasil kerjomu, dan ini upah dari aku." Kyai Muntohar sangat terharu dengan peristiwa itu dan merasa bahwa Kyai Imam Muhadi telah mengajarkan beliau tentang pentingnya kerja keras dan dedikasi.

Muntohar terus menjadi murid setia Kyai Imam Muhadi dan selalu berusaha untuk memperdalam pengetahuan agamanya. Beliau juga sangat menghormati Kyai Imam Muhadi dan selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik dalam mengikuti jejak langkah beliau.

Sampai akhirnya dewasa Muntohar dikawinkan dengan santriwati, sesama murid Kyai Imam Muhadi dan menetap di Waduk Takeran Magetan. Ia diangkat menjadi wakil Mursyid oleh Kyai Imam Muhadi.

Saat Kyai Imam Muhadi sudah sepuh, setelah baiatan di Pagotan beliau mendengar suaranya, "Koyo suarane Kohar?" 
Muntohar langsung mendekat, Kyai kangen dan memintanya untuk ikut beliau ke Slahung Ponorogo. Muntohar sangat senang dan langsung naik mobil yang ditumpangi Kyai. Namun, saat dalam perjalanan, Muntohar teringat bahwa kunci rumahnya terbawa dan khawatir bahwa anak dan istrinya tidak bisa masuk rumah. Akhirnya, beliau memutuskan untuk turun di jalan dan tidak bisa mengikuti Kyai Imam Muhadi ke Slahung. Bila mengingat kejadian itu kyai Muntohar menangis merasa bersedih, dan bersalah pada gurunya.

Pada Syawal 2024 hari ke 4, Kyai Muntohar tutup usia.

Posting Komentar untuk "Mbah Muntohar, Waduk Takeran Magetan "