Majasem, Kendal, Ngawi - Setiap 35 hari sekali, atau yang dikenal dengan istilah "selapan", Masjid di Majasem, Kendal, Ngawi, menjadi saksi bisu tradisi spiritual yang telah berlangsung selama bertahun-tahun. Baiatan Thoriqoh Qodriyah wa Naqsyabandiyah an Nadliyah, yang dipimpin oleh Al Mursyid Kyai Ali Barqul Abid, menjadi ajang spiritual yang ditunggu-tunggu oleh para jamaah.
Tradisi ini dilaksanakan setiap Ahad Legi, setelah dhuhur, dan bergantian dengan Gerih Kendal Ngawi. Para jamaah yang hadir, kebanyakan berpakaian putih, menambah kesan sakral dan khidmat dalam acara tersebut.
Lokasi masjid tempat baiatan berlangsung tidak jauh dari rumah ataupun makam penyanyi legendaris Ambyar, Didi Kempot, yang menjadi ikon budaya Jawa. Para petani di daerah Kendal, yang berada di lereng pegunungan Ngawi, juga menjadi bagian dari tradisi ini.
Setiap dua lapan (70 hari), para petani di daerah ini berekreasi rohani, meninggalkan kegiatan aktivitas sehari-hari untuk mengikuti baiatan. Mereka sangat antusias dan rindu dengan kehadiran Al Mursyid Kyai Ali Barqul Abid, yang menjadi guru spiritual mereka. Kehadiran beliau sangat dinantikan, karena mereka percaya bahwa baiatan dapat membawa mereka lebih dekat dengan Tuhan dan meningkatkan kesadaran spiritual mereka.
Untuk menuju ke lokasi baiatan, terdapat beberapa akses yang dapat ditempuh, seperti lewat pabrik gula Purwodadi ke barat, atau lewat Ngawi jogorogo Kendal, serta lewat Magetan Panekan atau Sukomoro kota Magetan langsung arah Utara ke Majasem.
Tradisi baiatan ini menjadi bukti bahwa spiritualitas masih menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat di lereng pegunungan Ngawi. Dengan kehadiran Al Mursyid Kyai Ali Barqul Abid, tradisi ini diharapkan dapat terus berlangsung dan menjadi sumber inspirasi bagi para jamaah.
Posting Komentar untuk "Baiatan Thoriqoh Qodriyah wa Naqsyabandiyah an Nadliyah: Tradisi Spiritual di Lereng Pegunungan Ngawi"