Di tengah gemerlap dunia luar, di mana anak-anak seusianya sibuk dengan gadget terbaru, bioskop, mall, atau konser musik, para santri Pondok Pesantren Manba'ul Adhim Bagbogo justru menemukan kebahagiaan dalam kesederhanaan. Mereka tak mau kalah dalam hal kebersamaan dan kegembiraan, meski caranya berbeda. Bagi mereka, kebahagiaan tak selalu datang dari hal-hal material, melainkan dari kebersamaan, canda tawa, dan kerja bakti membersihkan pondok tempat mereka menimba ilmu.
Hari itu, suasana pondok terlihat riuh rendah. Para santri sedang asyik kerja bakti membersihkan lingkungan pondok. Mereka terlihat gembira, meski aktivitas ini mungkin terasa berat bagi sebagian orang. Bagi mereka, ini adalah momen melepaskan penat setelah hari-hari panjang belajar. Tak ada gadget, tak ada TV, yang ada hanya canda tawa bersama teman-teman seperjuangan.
“Ini healing ala kami,” ujar Fais, salah seorang santri asal Jawa Tengah sambil tersenyum. “Bersama teman-teman, membersihkan pondok, dan menikmati jajan ala kadarnya dari Bu Nyai, itu sudah lebih dari cukup.”
Jajan dan minuman sederhana yang disediakan Bu Nyai istimewa. Tak perlu makanan mewah, kebersamaanlah yang membuat segalanya terasa istimewa.
Momen seperti ini juga menjadi kesempatan bagi para santri untuk saling berbagi cerita tentang daerah asal mereka. Mereka bercerita tentang budaya, makanan khas, dan pengalaman unik dari daerah masing-masing.
“Saya dari Jambi, jadi kalau liburan panjang biasanya tidak pulang karena jaraknya jauh. Lebih baik tirakat di pondok, bisa beramal dan belajar bersama Kyai,” kata salah satu santri kelas akhir yang sudah 2 tahun tidak pulang ke kampung halaman.
Menjelang Haul dan Haflah Akhirusanah
Kerja bakti kali ini terasa lebih semangat karena mereka sedang mempersiapkan pondok untuk dua acara besar: Haul Abah Kyai Imam Muhadi, pendiri pondok yang mereka cintai, dan Haflah Akhirusanah, perayaan kelulusan santri. Kedua acara ini selalu dinanti-nanti karena menjadi momen kebanggaan bagi seluruh keluarga besar pondok.
“Haul Abah Kyai adalah momen untuk mengenang jasa-jasa beliau. Sedangkan Haflah Akhirusanah adalah kebahagiaan tersendiri karena kami bisa melihat adik-adik kelas kami lulus dan siap melanjutkan perjuangan di luar pondok,” ujar Lutfu, santri senior yang bertugas memimpin persiapan acara.
Bagi para santri, Haflah Akhirusanah juga menjadi momen haru karena tak lama setelah itu, orang tua mereka akan datang menjemput untuk pulang ke daerah masing-masing. Meski begitu, tak sedikit yang memilih untuk tetap tinggal di pondok, terutama yang berasal dari luar pulau. Mereka lebih memilih untuk menikmati Ramadan dan Syawal di pondok, menjadikan momen ini sebagai bagian dari tirakat dan ibadah.
Healing yang Menginspirasi
Bagi orang luar, kehidupan santri mungkin terasa berat dan penuh tantangan. Namun, bagi mereka, justru di sinilah mereka menemukan makna kebersamaan, kesederhanaan, dan ketulusan. Mereka punya cara sendiri untuk “healing”, yang mungkin tak bisa ditemukan di tempat lain.
“Healing ala santri itu sederhana, tapi kenangannya akan terpatri di hati selamanya,” kata Ahmad, sambil kembali melanjutkan kerja bakti dengan semangat.
Pondok Pesantren Manba'ul Adhim Bagbogo bukan sekadar tempat menimba ilmu, tapi juga rumah kedua yang memberikan kebahagiaan dan kedamaian bagi para santri. Di sini, mereka belajar bahwa kebahagiaan sejati tak selalu datang dari hal-hal besar, tapi dari kebersamaan dan ketulusan hati.
*Santri Bagbogo)
Posting Komentar untuk "Healing ala Santri Pondok Pesantren Manba'ul Adhim Bagbogo: Kebahagiaan Sederhana yang Menginspirasi"