Menjaga Iman di Tengah Pandemi: Kisah Jamaah TQN-A Buduran Caruban Madiun


Di tengah hiruk-pikuk dunia yang semakin tak menentu, ada sekelompok orang yang tetap teguh menjaga iman dan amalannya. Mereka adalah jamaah Tarekat Qodriyah wa Naqsyabandiyah (TQN-A) Buduran Caruban Madiun, yang dipimpin oleh Al Mursyid Kyai Ali Barqul Abid. Setiap 35 hari sekali, tepatnya pada hari Ahad Legi.

Jamaah ini didominasi oleh para lansia, yang telah lama mengabdikan diri pada jalan thoriqoh. Seorang jamaah bercerita, sebelum pandemi Covid-19 melanda, jumlah jamaah bisa mencapai 40-60 orang. Namun, pandemi yang memporak-porandakan dunia tak hanya membawa duka, tetapi juga merenggut nyawa. Sekitar 10-15 jamaah meninggal dunia selama masa pandemi. Meski begitu, ada rasa syukur yang mendalam. Mereka yang telah pergi itu telah dibekali thoriqoh oleh sang kyai, bekal yang cukup untuk menghadap Sang Pencipta dengan tenang.

"Alhamdulillah, mereka sudah dibekali thoriqoh oleh kyai. Bekal itu menjadi sangu untuk kembali ke hadapan-Nya," ujar salah seorang jamaah dengan suara lirih namun penuh keyakinan. Ia melanjutkan, "Kelak, kita semua akan mati. Karena itu, kita harus berbekal diri. Amalan yang diajarkan kyai ini mudah dan ringan, semua orang bisa melakukannya. Dzikir mengingat Allah, itulah intinya."

Dzikir yang diajarkan oleh Kyai Ali Barqul Abid bukan hanya lisan, melainkan juga hati yang melibatkan seluruh bagian tubuh. Setiap anggota tubuh dibiasakan untuk berdzikir, agar kelak menjadi saksi di hadapan Allah. "Dzikir itu tidak hanya dengan lisan, tapi juga dengan hati dan seluruh tubuh. Kelak, setiap bagian tubuh kita akan menjadi saksi," ungkapnya sambil menarik napas lega, seolah melepas segala beban duniawi.

Pandemi Covid-19 mungkin telah mengubah banyak hal, termasuk mengurangi jumlah jamaah yang hadir secara fisik. Namun, semangat untuk tetap mengingat Allah dan menjaga amalan thoriqoh tak pernah pudar. Bagi jamaah TQN-A Buduran Caruban Madiun, setiap pertemuan adalah kesempatan untuk memperkuat iman dan mempersiapkan diri menghadapi kematian, yang pasti akan datang kepada setiap insan.

Di tengah kesederhanaan dan ketulusan mereka, ada pelajaran berharga: bahwa hidup ini hanyalah sementara, dan bekal terbaik yang bisa kita bawa adalah amal ibadah serta dzikir yang tulus. Seperti yang diajarkan oleh Kyai Ali Barqul Abid, dzikir adalah jalan untuk mengingat Allah, dan mengingat Allah adalah jalan menuju ketenangan hati, baik di dunia maupun di akhirat.

Mereka mungkin hanya sekelompok kecil orang yang berkumpul di malam hari, tetapi semangat mereka adalah cahaya yang menerangi kegelapan. Dalam diamnya malam, suara dzikir mereka mengalun, mengingatkan kita semua bahwa hidup ini hanyalah persinggahan sementara, dan kematian adalah pintu menuju kehidupan yang abadi.
 
*Buduran Caruban Madiun)

Posting Komentar untuk "Menjaga Iman di Tengah Pandemi: Kisah Jamaah TQN-A Buduran Caruban Madiun"