Pembukaan Pengajian Ramadhan di Pondok Pesantren Manba’ul Adhim Bagbogo: Menyemai Ilmu dan Akhlak di Bulan Suci

Masjid Pondok Pesantren Manbaul Adhim

Bagbogo (28/2/2025) — Pondok Pesantren Manba’ul Adhim (PPMA) di Bagbogo, Nganjuk, resmi membuka rangkaian pengajian bulan Ramadhan 1446 H/2025 M pada Jumat (28/2/2025). Acara yang digelar usai penetapan sidang isbat pemerintah ini tidak hanya menjadi penanda dimulainya ibadah puasa, tetapi juga momentum penguatan pendidikan akhlak dan keagamaan bagi santri. Sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional, PPMA konsisten merawat khazanah keilmuan klasik (kitab kuning) sekaligus menanamkan nilai moderasi melalui kurikulum yang berimbang antara fikih, tasawuf, dan etika.  

Acara pembukaan diawali dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an, sambutan dari perwakilan kepengurusan pondok, serta pidato pembukaan oleh pengasuh PPMA, Abah Yai Ali Barqul ‘Abid. Dalam tausiyahnya, Abah Yai menekankan pentingnya “ilmu yang diamalkan” sebagai inti dari pengajian Ramadhan. “Bulan suci ini adalah madrasah bagi jiwa. Di sini, santri tidak hanya menahan lapar, tetapi juga membersihkan hati dan mengasah akal melalui kitab-kitab warisan ulama,” ujarnya.  

Selain itu, Gus Malikul Ulum selaku penutup acara mengingatkan agar pengajian Ramadhan tidak sekadar rutinitas, melainkan jalan transformasi spiritual. “Membaca kitab kuning adalah napas pesantren. Dari sini, kita belajar menghargai warisan intelektual para pendahulu sekaligus merespons zaman dengan bijak,” tambahnya.  
  
PPMA menyusun jadwal pengajian harian yang padat dengan pembahasan 22 kitab klasik. Beberapa karya utama yang menjadi fokus meliputi:  
  1. Ihya Ulumuddin (Imam Al-Ghazali) – Kitab monumental tentang revitalisasi ilmu agama.  
  2. Al-Akhlaq lil Mubtadi (Etika untuk Pemula) – Pedoman pembentukan karakter santri.  
  3. Adab al-Walad (Etika bagi Anak) – Panduan hubungan harmonis orang tua dan anak.  
  4. Safinat al-Salah (Syekh Salim bin Sumair) – Fikih ibadah praktis.  
  5. Al-Barzanji (Syekh Ja’far Al-Barzanji) – Riwayat Nabi Muhammad SAW.  
  6. Bidayah al-Hidayah (Imam Al-Ghazali) – Jalan hidup bertakwa.  
  7. Adab al-‘Alim wal Muta’allim (Al-Zarnuji) – Etika menuntut ilmu.  
  8. Fath al-Mu’in  (Syekh Zainuddin Al-Malibari) – Fikih mazhab Syafi’i.  

Kitab-kitab tersebut dipilih untuk menjawab kebutuhan santri akan pemahaman agama yang holistik. Penekanan pada karya Imam Al-Ghazali, seperti Ihya Ulumuddin yang diulang dalam empat sesi, menunjukkan komitmen pesantren dalam mengintegrasikan tasawuf dan syariat. Sementara kitab seperti Al-Nur al-Burhani dan Asrar al-Qawm mengajak santri menyelami dimensi spiritual Islam.  

Selain pengajian, PPMA menggelar kegiatan pendukung seperti pesantren kilat, bakti sosial, dan tadarus Al-Qur’an. Menurut Lutful Khofiyil Khabib, perwakilan kepengurusan, momentum Ramadhan dimanfaatkan untuk memperkuat kepedulian santri terhadap lingkungan. “Puasa mengajarkan empati. Kami ingin santri tidak hanya pandai mengaji, tetapi juga peka terhadap masalah sosial,” ucapnya.  

Keterlibatan PBNU dan pemerintah dalam sidang isbat juga menjadi catatan penting. Abah Yai dalam sambutannya menyebut hal ini sebagai bentuk “ukhuwah wathaniyah” (persaudaraan kebangsaan). “Ketaatan pada otoritas keagamaan yang sah adalah bagian dari ajaran Ahlussunnah wal Jamaah,” tegasnya.  
  
Pembukaan pengajian Ramadhan di PPMA Bagbogo bukan sekadar tradisi tahunan, melainkan bukti nyata pesantren sebagai benteng peradaban. Di tengah arus modernisasi, lembaga ini tetap setia pada metode bandongan dan sorogan, seraya mengadaptasi nilai-nilai universal seperti toleransi dan keadilan. Seperti kata Abah Yai, “Ilmu tanpa akhlak adalah kesombongan. Akhlak tanpa ilmu adalah kehampaan.”  

Di bulan suci ini, PPMA kembali mengingatkan kita bahwa pesantren bukan hanya tempat mengaji, tetapi ruang di mana iman, ilmu, dan amal bersatu padu.  

--- Bagbogo Nganjuk)

Posting Komentar untuk "Pembukaan Pengajian Ramadhan di Pondok Pesantren Manba’ul Adhim Bagbogo: Menyemai Ilmu dan Akhlak di Bulan Suci"