Tangis Haru dan Rasa Syukur di Balik Tradisi Sowan Santri Pondok Pesantren Manba'ul Hikmah Tanjung Jabung Timur, Jambi

Kyai Ali Barqul Abid, dan santri Pondok Pesantren Manbaúl Hikmah Parit Tengah
Nipah Panjang, Tanjung Jabung Timur Jambi (21-02-2025) ---Suasana malam Pondok Pesantren Manba'ul Hikmah Parit Tengah, Nipah Panjang, Jabung Timur, Jambi, terasa berbeda. Udara malam yang sejuk berpadu dengan gemuruh doa dan tangis haru para santri dan santriwati yang berkumpul untuk mengikuti acara sowan. Tradisi menghadap guru ini bukan sekadar ritual biasa, melainkan momen spiritual yang penuh makna, terutama bagi mereka yang akan segera meninggalkan pesantren setelah menimba ilmu bertahun-tahun.

Acara sowan kali ini sowan kepada Kyai Ali Barqul Abid, jauh dari Jawa rawuh untuk menemui para santri. 
Kyai Ali adalah guru dari Kyai Muhammad Agus Salim, sosok ulama yang sangat dihormati dan menjadi sumber inspirasi bagi banyak generasi santri. 
Selama ini, para santri hanya mendengar cerita tentang Kyai Ali Barqul Abid dari Kyai Agus Salim, guru mereka. Sebagian dari mereka pernah bertemu langsung dengan Kyai Ali, sementara sebagian lainnya hanya mengenalnya melalui cerita-cerita yang disampaikan oleh Kyai Agus Salim. Malam itu, bagi mereka yang belum pernah bertemu, adalah momen yang sangat dinantikan.

Dalam sambutannya, Kyai Ali dengan suara bergetar menceritakan betapa bangganya ia melihat perkembangan santri-santrinya, termasuk Kyai Agus Salim, yang telah  melanjutkan estafet keilmuan. "Kyai Agus adalah salah satu santri terbaik yang pernah saya didik. Ia adalah bukti bahwa ilmu yang diturunkan dengan ikhlas akan melahirkan generasi yang berkualitas," ujarnya, disambut tangis haru para santri.

Bagi para santri, malam itu bukan sekadar mendengarkan cerita tentang guru dari gurunya, tetapi juga merasakan langsung betapa kuatnya rantai ilmu dan spiritualitas yang terjalin dari generasi ke generasi. Beberapa santri yang pernah bertemu dengan Kyai Ali pun tak kuasa menahan air mata saat mengingat kembali momen-momen pertemuan mereka dengan sang ulama besar. Mereka kemudian berbagi cerita dengan adik-adik kelasnya, seolah ingin mewariskan rasa hormat dan kekaguman yang sama.

Salah satu santri, mengungkapkan perasaannya setelah sowan. "Selama ini, saya hanya mendengar cerita tentang Kyai Ali dari Kyai Agus Salim. Tapi malam ini, saya bisa merasakan langsung kebesaran beliau. Saya merasa seperti sedang menyelami sejarah panjang pesantren ini. Mendengar cerita Kyai Ali tentang Kyai Agus Salim, saya jadi sadar betapa besar tanggung jawab kami sebagai santri untuk menjaga dan mengamalkan ilmu yang telah diberikan," katanya dengan mata berkaca-kaca.

Tradisi sowan sendiri memiliki makna yang sangat dalam bagi kehidupan pesantren. Selain sebagai bentuk penghormatan dan rasa terima kasih kepada kyai, sowan juga menjadi momen permohonan doa dan restu sebelum para santri meninggalkan pesantren. "Kami meminta doa dari Kyai agar ilmu yang kami dapatkan bisa bermanfaat dan membawa berkah dalam kehidupan kami," ujar salah satu santriwati.

Kyai Ali Barqul Abid, dan santri Pondok Pesantren Manbaúl Hikmah Parit Tengah

Kyai Ali Barqul Abid, dan santri Pondok Pesantren Manbaúl Hikmah Parit Tengah
Proses sowan berlangsung khidmat. Para santri dengan pakaian sopan duduk bersila di hadapan Kyai Ali, menyampaikan ucapan terima kasih, dan memohon doa. Beberapa santri bahkan melakukan sungkeman, bersimpuh dan mencium tangan Kyai Ali sebagai bentuk penghormatan tertinggi. Kyai Ali pun memberikan nasihat-nasihat terakhir, mengingatkan para santri untuk tetap rendah hati, menjaga akhlak, dan selalu mengamalkan ilmu yang telah dipelajari.

Malam itu, pesan-pesan Kyai Ali seperti mengalir deras, menyentuh hati setiap santri. "Ilmu tanpa amal bagai pohon tanpa buah. Jangan pernah lupa, kalian adalah duta-duta pesantren ini di mana pun kalian berada," pesannya. Suasana haru pun semakin terasa ketika Kyai Ali Barqul Abid mengakhiri sambutannya dengan doa yang khusyuk, memohon agar para santri diberikan keberkahan dan kesuksesan dalam menjalani kehidupan setelah lulus.

Bagi para santri Pondok Pesantren Manba'ul Hikmah, sowan bukan sekadar tradisi, tetapi juga momen refleksi dan penguatan spiritual. Mereka menyadari bahwa ilmu yang mereka dapatkan tidak hanya berasal dari guru-guru mereka, tetapi juga dari rantai keilmuan yang terjalin sejak generasi sebelumnya. Malam itu, tangis haru, rasa kagum, dan syukur campur aduk menjadi satu, mengiringi langkah mereka menuju babak baru kehidupan.

Tradisi sowan, dengan segala nilai spiritual dan moral yang terkandung di dalamnya, menjadi bukti betapa kuatnya ikatan antara guru dan murid dalam dunia pesantren. Bagi para santri, momen ini tidak hanya mengingatkan mereka pada jasa-jasa guru, tetapi juga mengajarkan pentingnya menjaga silaturahmi, rendah hati, dan selalu mengamalkan ilmu dengan penuh tanggung jawab. 

Di tengah gemuruh doa dan tangis haru, malam itu menjadi saksi betapa tradisi sowan tetap hidup dan bermakna, menjadi warisan spiritual yang terus dijaga dari generasi ke generasi.

---Nipah Panjang)

Posting Komentar untuk "Tangis Haru dan Rasa Syukur di Balik Tradisi Sowan Santri Pondok Pesantren Manba'ul Hikmah Tanjung Jabung Timur, Jambi "